Membicarakan cuaca
Cuaca bagi kami adalah metafora. Menanyakan cuaca menjadi ungkapan yang digunakan saat masing-masing pihak menyimpan hal lain yang gentar diutarakan.
Cuaca bagi kami adalah metafora. Menanyakan cuaca menjadi ungkapan yang digunakan saat masing-masing pihak menyimpan hal lain yang gentar diutarakan.
"Bagaimana cuacamu?"
"Aku biru."
"Aku kelabu."
Keangkuhan memecah jalan kami, kendati cuaca menalikannya.
Kebisuan
menjebak kami dalam permainan dugaan, lingkaran tebak-menebak, agar yang
tersirat tetap tak tersurat.
"Bagaimana
cuacamu?"
"Aku
cerah, sama sekali tidak berawan. Kamu?"
"Bersih dan tenang. Tak ada awan."
Batinku meringis karena berbohong. Batinnya tergugu karena
telah
dibohongi. Namun kesatuan diri kami telah memutuskan demikian:
menampilkan cerah yang tak sejati karena awan mendung tak pantas jadi
pajangan.
Cuaca demi cuaca melalui kami, dan
kebenaran akan semakin dipojokkan.
Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang
bersinar. Entah menghangatkan atau menghanguskan.
0 komentar:
Posting Komentar