Senin, 27 Januari 2014

Cepat Pulang, Nak....


"Apa rasanya setelah di telepon sama Mama ?"
"Senang."
"Biasa aja."
"Bahagia."
"Saya sedih. Dan paling tepatnya Saya nangis."

Mamaku memang tak tiap hari nelpon, mungkin 3 hari sekali, pernah juga seminggu sekali, tapi dalam beberapa bulan ini hampir tiap hari mama menelponku. Walaupun jarang komunikasi sama mamaku, tapi Saya tiap hari komunikasi sama Kakakku. Selalu menanyakan keadaan mamaku, keadaan rumah dan keadaan kakak-kakakku yang lain.

Tiap kali mama menelponku, Saya selalu berusaha baik-baik saja diujung telepon. Berusaha membuat suara saya senang, menahan tangis. Entah kenapa Saya selalu merasa sedih ketika mama menelponku.

Tiap kali mama menelponku, pertanyaan wajib mamaku adalah apakah Saya sudah makan, lagi dimana dan gimana kuliah Saya. Sayapun selalu menanyakan kondisi kesehatan mamaku. Sudah setahun lebih mamaku sakit. Sudah setahun lebih pula Saya selalu menahan tangis ketika mamaku menelponku.

Kalimat penutup saat Saya dan mama mengakhiri telepon adalah................................."Cepat Pulang, Nak. Cepat selesai kuliah, biar cepat balik ke rumah...Mama mau Omil di Makassar aja kerjanya biar mama ada temennya...Cepat Pulang ya Nak...Kuliah yang bener biar cepat sarjana". Ucapan mamaku itu di barengi sama tangisannya. Sudah tentu Saya menahan tangis. Dan selalu bilang ke mamaku, "Iya doakan Omil, mah...Omil pasti pulang, pasti sama mama lagi.

Saat tahun baru, mama juga menelponku. Tepat jam 12 WIB (Satu jam lebih lama dibandingkan Makassar). Mama menungggu sampai jam 1 waktu Makassar untuk menelponku dan mengucapkan tahun baru. Mamaku nangis. Aku juga demikian, ga kuat lagi harus menyamarkan suaraku biar terdengar senang.

Mamaku juga selalu menelpon rutin ketika ujian kampusku berlangsung. Mama selalu mendoakanku, mama selalu menyemangatiku dan selalu bilang, Cepat Pulang, Nak.....:( :( :(







Sabtu, 25 Januari 2014

Siar, Daur Baur


Awal mulanya dari ajakan seorang temanku untuk menonton film dokumenter musik Pandai Besi/Efek Rumah Kaca. Saya sebenarnya ga tahu kalau minggu ini akan ada pemutaran film dokumenter musik bertajuk "Siar, Daur Baur". Jarang buka twitter dan jarang kepoin twitter Efek Rumah Kaca jadi gatau ada acara tersebut. Untungnya, Saya diajak sama temanku yang sama-sama penggemar Efek Rumah Kaca.

Kata temanku malam itu, menonton film dokumenter musik Pandai Besi/Efek Rumah Kaca harus melakukan registrasi. Saya pun langsung mengambil laptop dan segera mungkin membuka situs TANCEPin yang di link dari twitter Efek Rumah Kaca. Tanpa menunggu lama, Saya mendapatkan konfirmasi di email kalau Saya kebagian nonton jam 16.00 (Umum). Film Dokumenter musik ini dibagi menjadi dua sesi. Pertama pada jam 13.00 yang ditujukan untuk komunitas dan sesi kedua jam 16.00 yang ditujukan untuk umum. 

Tapi pada akhirnya, kami kebagian sesi pertama karena temanku menghubungi salah satu tim dari Efek Rumah Kaca dan yap...Kami boleh masuk di sesi pertama walaupun pemutaran film dokumenter musiknya ngaret karena tim Pandai Besi/efek Rumah Kaca kejebak macet dari Jakarta.

Film Dokumenter musik "Siar, Daur Baur dibuka dengan lagu Hujan Jangan Marah. Pandai Besi/Efek Rumah Kaca mencoba mendokumentasikan rekam jejak perjalanan musik mereka dalam sebuah film yang disutradarai oleh Dana Putra. "SIAR, DAUR BAUR" tentang 8 musisi berbakat yang menyebut diri mereka Pandai Besi dalam perjalanannya menuju studio paling bersejarah di Indonesia yaitu Lokananta, untuk merekam album "DAUR,BAUR" yang berisi 9 lagu aransemen ulang dari lagu-lagu Efek Rumah Kaca secara live. Album "DAUR,BAUR" juga menjadi album terbaik tahun 2013 versi Tempo.

Di penutupan pemutaran film dokumenter musik ini, Kami disuguhkan oleh video klip Pandai Besi, Laki-laki pemalu. Hampir semua orang ketawa dalam ruangan saat menontonnya. Video klip ini membuat bang Cholil (Vokalis) harus joget-joget ga jelas dan sukses menjadi seorang balerina (bukan bang Cholil banget, kata temanku).

Dan Saya semakin penasaran dengan kalimat sutradara film dokumenter musik ini saat membuka acara. Katanya kurang lebih seperti ini, "Kita akan melihat perjalanan Efek Rumah Kaca  menajadi Pandai Besi dalam film ini". Efek Rumah Kaca sudah melebur menjadi Pandai Besi ???? setahuku Pandai Besi adalah projek dari Efek Rumah Kaca, Pikirku. Setelah membaca beberapa artikel, akhirnya ada kutipan dari bang Cholil yang memuaskan pertanyaanku tadi. 

"Pandai Besi itu proyek milik ERK. Sebagian lagu Pandai Besi adalah lagu ERK yang diaransemen ulang menjadi lebih rumit dan kadang-kadang menjadi lebih panjang."

Selain menonton film dokumenter musik ini, Saya senang banget. Akhirnya bisa ketemu sama temanku, Dini. Teman dunia maya selama 5 tahun yang sama-sama penggemar Efek Rumah Kaca. Sebelumnya, Kami pernah bertemu dengan unsur ketidaksengajaan di salah satu rumah makan di Bandung. Banyak cerita banget sama Dini mulai dari masalah kuliah, Efek Rumah Kaca, band indie lainnya, gigs sampai masalah pacar hehehe.  


Kalian pernah ketemu sama seseorang dan sekalinya bertemu Kamu dapat menceritakan apa aja sama Dia ? Yap, Saya pernah, hari ini.

Kalian dapat mendownload lagu Pandai Besi disini http://efekrumahkaca.net/en/multimedia/audio/category/9-daur-baur






Kamis, 23 Januari 2014

Kota Lumpia

Kalau biasanya hanya diam dirumah saat tahun baru, kali ini saya menikmati megahnya kembang api di Kota Semarang. Menjelang tahun baru 2014, Saya berlibur ke Semarang bersama keluarga. Perjalanan Saya pun dimulai pada hari Senin, 30 Desember 2013.

Ini pertama kalinya Saya berlibur ke Semarang. Semarang, menurutku Kota yang sangat bersih. Saya menyukai tata kotanya. Banyak sekali model bangunan zaman dulu dan menurutku itu sangat mengesankan. Perjalanan Saya pun di mulai dengan mengunjungi Klenteng Sam Po Kong. Di Klenteng ini kita bisa menikmati keindahan arsitektur Tiong Hoa yang khas yang menceritakan kisah legendaris dari laksamana Cheng Ho.







Selanjutnya, Saya dan keluarga ke Water Blast yang merupakan wahana permainan air. Dan baru kali ini saya ke wahana permainan air hahahaha. Karena baru pertama kali bermain dengan berbagai macam permainan air, saya pun mencoba semua permainan. Mulai dari wahana meluncur yang biasa aja sampai wahana meluncur yang lintasannya yang paling tinggi,cepat dan berbelok. Saking ini adalah hal baru dan saya sangat menyukai permainan yang memacu adrenalin, maka semua wahana yang kecepatan tinggi saya coba berulang-ulang. Sangat menyenangkan.

Tiba juga dimalam tahun baru. Saya menikmati malam pergantian tahun di daerah Simpang Lima. Yap, daerah ini dikenal sebagai alun-alun Kota Semarang. Bunyi petasan menandakan awal dari tahun 2014. Setiap orang saling mengucapkan, "Selamat Tahun Baru". Aneh menurutku, perayaan tahun baru diluar rumah. Karena biasanya Saya memilih dirumah dibandingkan desak-desakan ditengah keramaian, bising karena suara petasan yang saling berlomba-lomba dan emang lebih enak dirumah sambil bakar-bakaran, bercanda bersama saudara dan menonton film.





Dihari selanjutnya, saya masih menikmati indahnya Kota Semarang. Awal tujuan hari itu adalah Pantai Marina. Tapi ga jadi kesana. Hujan. Lalu memutuskan ke Solo dan balik lagi ke Semarang. Malamnya, tempat yang paling Saya tunggu untuk di kunjungi adalah Lawang Sewu. Tapi kecewa, pas sampai disana Lawang Sewu sudah tutup. Iya sih, Saya juga datengnya jam 9 Malem. 




Di Kota ini pun, Saya dan keluarga ga lupa untuk berwisata kuliner. Menikmati soto di beberapa kedai tiap pagi dan menikmati makanan khas Semarang, Lumpia. Sejatinya, Lumpia bukan khas dari semarang melainkan dari kuliner khas cina. Katanya sih, rasanya pun sudah mengalami proses pelokalan dan disesuaikan dengan lidah jawa. Lumpianya enak asal rebungnya diisi dikit aja hahahah.

Masih banyak tempat yang menarik yang belum Saya kunjungi. Semoga lain kesempatan bisa datang lagi di Kota ini, Aamiin. 

Good Bye Kota Semarang, Kota Lumpia, Kota Atlas (Semboyan kota Semarang, Aman, Tertib, Asri dan Sehat) dan dahulu kala disebut Venetie Van Java oleh orang Belanda karena mirip dengan Venisia yang dilalui oleh banyak sungai