Dalam raga ada hati, dan dalam hati, ada satu ruang tak bernama. Di tanganmu
tergenggam kunci pintunya.
Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutra. Berkata-kata dengan
bahasa yang hanya dipahami oleh nurani.
Begitu lemahnya ia berbisik, sampai kadang-kadang engkau tak terusik. Hanya
kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa-apa dengannya, duniamu runtuh
bagai pelangi meluruh usai gerimis.
Tahukan engkau bahwa cinta yang tersesat adalah pembutaan dunia? Sinarnya
menyilaukan hingga kau terperangkap, dan hatimu menjadi sasaran sekalinya
engkau tersekap. Banyak garis batas memuai begitu engkau terbuai, dan dalam
puja kau sedia serahkan segalanya. Kunci kecil itu kau anggap pemberian paling
berharga.
Satu garis jangan sampai kau tepis: membuka diri tidak sama dengan
menyerahkannya.
Di ruang kecil itu, ada teras untuk tamu. Hanya
engkau yang berhak ada di dalam inti hatimu sendiri.
Filosofi kopi, Dee.
0 komentar:
Posting Komentar